Ponpes Berperan Besar Tekan Covid-19, KH Abu Choir : Ponpes Jangan Dijadikan Obyek

- 22 Oktober 2020, 18:24 WIB
Webinar "Santri Sehat - Indonesia Sehat, Jogo Santri di Masa Pandemi Covid-19" yang digelar oleh Yayasan Setara bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro dengan dukungan UNICEF dalam kaitan memperingati Hari Santri Nasional
Webinar "Santri Sehat - Indonesia Sehat, Jogo Santri di Masa Pandemi Covid-19" yang digelar oleh Yayasan Setara bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro dengan dukungan UNICEF dalam kaitan memperingati Hari Santri Nasional /UNICEF


PORTAL PURWOKERTO - Pondok pesantren jangan hanya dijadikan objek, pada penanganan sebaran Covid-19 di pesantren. Hal ini disampaikan oleh Dr KH Abu Choir MA, Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah, Kamis 22 Oktober 2020.

Sebab ponpes memiliki budaya sendiri. Untuk itu lebih tepat apabila pesantren dijadikan sebagai subyek. 

"Kami hanya membutuhkan stimulasi. Ponpes merupakan lembaga pendidikan yang mandiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan umum lainnya," tuturnya.

Baca Juga: Ngaku Punya Sawah sebagai Jaminan, Ibu Rumah Tangga ini Hutang Rp 20 Juta, Tapi Ternyata Bohong

Abu Choir menjelaskan hal itu dalam Webinar "Santri Sehat - Indonesia Sehat, Jogo Santri di Masa Pandemi Covid-19" yang digelar oleh Yayasan Setara bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro dengan dukungan UNICEF dalam kaitan memperingati Hari Santri Nasional.

Abu menyadari sebenarnya jumlah paparan Covid-19 seperti gunung es karena pesantren cenderung tertutup. 

"Ada ketakutan pesantren harus tutup jika ada kasus santri yang terpapar Covid. Sebebarnya pandemi ini adalah persoalan bersama, bukan hanya pesantren. Harus ada keterbukaan agar ada tindakan yang diperlukan," tambahnya.

Baca Juga: Belum Cair? Lakukan Beberapa Hal ini Agar BLT UMKM Segera Masuk Rekening

Pesantren yang terpapar Covid-19 yang terdata di Pati ada satu, Wonogiri satu, Kebumen ada enam, Banyumas ada dua, Cilacap satu pesantren, dan di Kendal juga satu pesantren.

Pondok pesantren yang terpapar itu terjadi tidak serempak bersamaan waktunya. Dimana satu tertangani, muncul klaster di ponpes lain.

Ia juga mengingatkan pemerintah untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan melakukan swab massal di pesantren tanpa mempersiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarana pendukung. Termasuk memikirkan dampak sosial yang mungkin timbul.

Baca Juga: Waspada, Lima Titik Rawan Bencana di Jalur KA Wilayah Daop 5 Purwokerto

"Sebab jika yang positif terpapar jumlahnya ribuan bagaimana? Juga nutrisinya,  siapa yang menanggung makan?  Jika sebuah pesantren diumumkan ada yang positif terpapar Covid, maka masyarakat akan menjauhi pesantren. Jadi, dalam hal ini bukan sekadar soal positif dan negatif soal Covid," tuturnya.

Abu Choir menegaskan bahwa untuk menangani kasus Covid-19 di pesantren pendekatannya memang harus berbeda dengan masyarakat umum.

"Semoga ada titik temu. Ada program Jogo Santri, Jogo Kyai. Dalam kasus santri terpapar Covid-19 di Banyumas, ternyata membutuhkan ruang isolasi yang banyak. Kami berharap semua terbuka. Pondok pesantren maupun pemerintah sama-sama terbuka. Semua tersenyum, maka akan terwujud pesantren yang sehat dan kuat di Jawa Tengah," kata Abu.

Baca Juga: Data Kurang Valid, 150 Ribuan Pekerja Belum Terima BLT Gaji

Sementara itu berdasarkan data yang disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada Senin lalu (19/10) ada 923 kasus Covid-19 di klaster pondok pesantren di Jateng. Jumlah itu secara persentase sebanyak 44,6 persen dari total keseluruhan paparan Covid-19.

Dari jumlah itu, 123 orang dirawat di ruang isolasi khusus, 446 karantina mandiri, 82 orang dirawat di rumah sakit, dan 272 sembuh.***

Editor: Eviyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x