"Mbah Slamet watuk, biasa tiap mau pemilu dan pergantian Presiden," kata Ani, seorang warga di Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah.
Ani yang dihubungi oleh Tim Portal Purwokerto menjelaskan bahwa masyarakat setempat tetap menjalani kehidupan sehari-hari mereka seperti biasa, termasuk para petani yang pergi ke ladang dan para pekebun yang merawat kebun mereka.
Baca Juga: Misteri Gunung Slamet dan Ini Asal-Usul Nama Gunung Slamet, Gunung Tertinggi Kedua di Pulau Jawa
"Mereka bekerja seperti biasa, karena orang tua di sini yakin bahwa Gunung Slamet tidak akan meletus. Ini hanyalah 'batuk-batuk' menjelang pemilu."
Mengingat sejarah erupsi Gunung Slamet, catatan vulkanologi mencatat bahwa erupsi pertamanya terjadi pada tahun 1772. Sejak itu, terdapat 15 letusan hingga tahun 2014.
Tiga dari letusan tersebut terjadi pada tahun yang sama dengan pemilihan presiden di Indonesia.
Mitos dan kenyataan terkait dengan Gunung Slamet menciptakan kisah menarik di antara masyarakat setempat.
Meskipun erupsi gunung ini merupakan fenomena alam yang perlu diwaspadai, mereka percaya pada siklus erupsi yang konsisten dan merasa aman menjalani kehidupan sehari-hari mereka di bawah bayang-bayang Gunung Slamet.***