Dokter Bedah dr. Sriyanto, Sp.B, Mantan Pasien COVID-19, Sembuh Dengan Terapi Plasma Konvalesen,

- 5 Desember 2020, 11:39 WIB
Dokter bedah Sriyanto saat menjalani perawatan isolasi COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta
Dokter bedah Sriyanto saat menjalani perawatan isolasi COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta /Antara

"Usianya yang sudah 78 tahun menjadikannya rapuh menghadapi serang virus ini. Di ruang perawatan isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, kondisi Sriyanto makin parah dengan demam yang sangat tinggi hingga setiap hari menggigil kedinginan.

Enam jam sekali dia harus mengonsumsi paracetamol untuk menurunkan demamnya dan tidak menggigil akut.

Hari keempat isolasi, Sriyanto mulai batuk dan badan terasa sakit. Setiap bergerak, misalnya dari rukuk ke sujud saat salat, Sriyanto pasti terbatuk. Dia merasa tersiksa karena untuk bernapas juga sulit.

Baca Juga: Terapi Plasma Konvalesen, Ganjar Pranowo Galang Donor Darah Untuk Pasien Covid-19

Kondisi Sriyanto makin parah pada hari keenam. Indra penciumannya tidak berfungsi dan dia tidak bisa mengunyah dengan baik. Nasi dari rumah sakit terasa sangat keras, sampai dia muntahkan kembali.

"Saya sampai protes ke bagian gizi rumah sakit. Saya marah karena merasa mereka tidak memasak nasi dengan benar. Betapa kagetnya ketika mendapat penjelasan bahwa nasi itu lunak seperti biasa," kisahnya.

Sriyanto akhirnya menyadari bahwa hal itu karena virus yang menjangkitinya sehingga menggangu fungsi mulut dan tenggorokan. Cairan kelenjar di mulut tidak keluar sehingga fungsi syaraf menelan menjadi terganggu.

Saat sedang menjalani perawatan isolasi tersebut, Sriyanto mendapatkan kabar duka. Ayah mertuanya tidak tertolong dan meninggal dunia. Semua kesedihan terasa bertumpuk menjadi satu.Baca Juga: Negara tidak Boleh Kalah dengan Ormas Pembuat Onar, Fadli Imron, Akan Kita Tindak Tegas

"Beliau tidak bisa bertahan, meninggal pada tanggal 21 November 2020, dan dimakamkan sesuai dengan protokol COVID-19," tuturnya.

Hari ketujuh menjadi puncak penderitaan Sriyanto. Batuk makin parah, apalagi ditambah komorbid diabetes sehingga harus rutin suntik insulin.

Halaman:

Editor: Eviyanti

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x